Minggu, 26 Juni 2011

Sebuah pemikiran sederhana tentang gaya bahasa

Cuma untuk pendahuluan dari post ini, menurut saya mengkritik karya orang lain itu cukup mudah. Baru-baru ini saya mengkritik sebuah fanfiction di salah satu situs wordpress.

Sebenarnya saya sangat menyukai gaya penulisan fanfiction itu, dengan gaya penulisan yang sangat deskriptif menurut authornya. Yah... beberapa pembaca ff itu sulit memahami alur cerita dari part 1 karena tidak adanya pembagian sudut pandang (POV) yang dituliskan dalam ff itu dan kurangnya dialog di ff-nya.

Karena alasan itu, author mengubah gaya menulis-nya di part 2. Padahal menurut saya tidak perlu sampai mengubah gaya menulis, si author hanya perlu menambahkan POV di setiap perubahan sudut pandang.

Jelas perubahan gaya menulis pada ff part ke-2 membuat saya sedikit kecewa, karena ff itu merupakan favorite saya dan sudah saya tunggu-tunggu sejak lama. Dan hal yang membuat saya menjadikan ff itu favorite saya karena gaya bahasanya yang berbeda dari ff yang biasa saya baca. Jadilah saya mengkritik si author melalui kotak komentar.

Saya memang tidak terlalu berbakat dalam bidang menulis, dan saya akui tulisan saya masih sangat jauh, jauh-sekali dari taraf bagus. Tapi dalam hal berkomentar atau mengkritik sepertinya lebih mudah.

Gaya menulis setiap orang itu jelas berbeda antara satu dan yang lain. Menurut saya gaya menulis itu adalah gambaran kepribadian dan pola berpikir seseorang. Jadi jelas kita tidak bisa mengikuti gaya menulis seseorang. Dan tulisan yang menggunakan gaya menulisnya sendiri akan memberikan daya tarik tersendiri pula bagi pembacanya. Jadi saat gaya menulis berusaha untuk diubah dan ternyata tidak sesuai dengan karakter si penulis, maka tulisan itu akan kehilangan daya tariknya.

Menurut saya hal yang sama terjadi pada ff itu. Si penulis berusaha untuk mengubah gaya menulisnya selama ini, padahal itulah yang membuat tulisannya unggul dari yang lain. Dan saat dia melakukannya daya tarik itu menghilang. Mungkin dia berusaha menyenangkan dan mengikuti keinginan pembaca, tapi saat menulis tidak berasal dari hati lagi sebuah tulisan (cerita) tidak lebih dari banyak huruf dan kata yang berderet tapi tidak bermakna.