Sabtu, 18 Agustus 2012

Maybe, Why, But. So?


Mungkin semuanya tidak akan menjadi sesulit ini jika dulu aku tidak menginjakkan kaki di tempat itu.
Mungkin semuanya tidak akan menjadi sesakit ini jika dulu aku tidak bertemu dengan kamu.
Mungkin aku tidak akan merasa sesesak ini jika kita tetap tidak saling bicara, seperti dulu.
Tapi Tuhan menginginkan hal ini terjadi, membuat takdir membawa kita ke keadaan sesulit ini. Mungkin bukan kita, mungkin cuma aku yang terjerat di takdir ini, sementara kamu bebas tanpa mengetahui apa-apa, tapi mungkin juga tidak. Siapa yang tahu?

Kenapa dinamika hidup ini begitu drastis, dulu aku bahkan tidak peduli padamu, dan kamu pun begitu. Dulu aku ada di jalanku sendiri, dan kamu pun begitu. Tapi takdir malah menyatukan 2 jalan itu, dan membuat kita harus selalu bertemu dan berjalan beriringan.

Mengapa dulu aku harus menatap matamu? Menatap mata teduh yang membuatku hanyut di dalamnya?
Mengapa dulu aku harus menatap lurus ke dalam matamu yang memancarkan sinar yang menyilaukan itu? Dan sekarang aku tidak bisa berpaling dari mata itu. Mata yang selalu menatapku dengan jahil tapi selalu membuat hatiku melonjak-lonjak bahagia.

Tapi, seandainya dulu kita tidak saling bertemu, seandainya dulu kita tidak saling berbicara, apakah semua perasaan bahagia yang kurasakan saat bersamamu juga akan menghilang?

Jadi, apakah ini memang yang terbaik untuk kita berdua?

0 komentar:

Posting Komentar